Akhir-akhir ini berita mengenai bentrok, tawuran, pertikaian, konflik sering kali kita dengar. Mulai dari tawuran antar anak SMA, tawuran antar kampus, bentrok antar desa menjadi pembicaraan hangat dalam beberapa bulan terakhir ini. Dampak negatif yang ditimbulkan akibat tawuran, bentrok, pertikaian,
konflik sangat bermacam-macam. Mulai dari hilangnya nyawa seseorang,
rusaknya fasilitas umum, dan timbulnya rasa was-was pada masyarakat
sekitar. Budaya masyarakat Indonesia yang kental dengan keramah tamahan nya kini berganti dengan masyarakat yang beringas, liar, dan main hakim sendiri. Cara musyawarah sepertinya sudah tidak berlaku lagi untuk memecahkan masalah. Mereka lebih memilih cara dengan kekerasan untuk menyelesaikan masalah. Anehnya, masalah yang menjadi akar permasalahan biasanya adalah hal-hal sepele yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cara damai.
Yang sangat ironis adalah ketika terjadi sebuah konflik yang disebabkan masalah agama. Pemerintah Indonesia telah menetapkan 5 agama yang diperbolehkan di Indonesia untuk hidup saling berdampingan, rukun, damai, dan tenang. Seharusnya kita lebih memahami perbedaan yang ada diantara kita agar tercipta suasana tentram. Bukan malah saling serang dan saling fitnah. Menyedihkan ketika menginggat masa lalu saat para pejuang kita mengangkat bambu runcing untuk melawan penjajah, namun sekarang malah kita mengangkat senjata untuk melawan saudara sendiri.
Sepertinya kita harus bertanya pada diri kita sendiri, apakah mungkin budaya kaum barbar menjadi budaya baru bangsa kita? dimanakah Indonesia yang dulu dikenal santun dan ramah ? apakah Bunyi sila ke-3 dalam Pancasila "Persatuan Indonesia" hanya akan berakhir sebagai tulisan tanpa bisa kita realisasikan? Semua kembali kepada diri kita bagaimana membawa Indonesia kembali ke jati diri asalnya yaitu bangsa yang satun, ramah sesuai dengan sila ke-3 dalam Pancasila " Persatuan Indonesia".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar